detikSurabaya - Tersesat di gunung Arjuna

Cuma mau komentar-in berita dari detik


Malang - Setelah mengalami disorientasi medan, delapan Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yang dievakuasi Tim Satgana Pemkab Malang dari Gunung Arjuno dipulangkan.

Delapan mahasiswa itu adalah Sukandar Primandanu (19), asal Kebumen, Jateng, Rusman (27), asal Sleman, Yogya, Bolang (18), asal Pangkal Pinang, Ferdi (27), Padang, Purba (20), Sleman, Unty (18), Surabaya, dan Yeni Utari (19), Purworejo, Jateng, serta Lusi (19), asal Purworejo.

Menurut Subagyo, Kepala Bagian Sandi dan Telekomunikasi Pemkab Malang, pihaknya telah memulangkan kedelapan mahasiswa itu ke Yogyakarta pada Rabu (25/6/2008). "Setelah kita memastikan kondisi mereka baik, maka kita langsung pulangkan," kata Subagyo saat ditemui di kantor Pemkab Malang.

Dijelaskannya, sebelum tersesat, delapan pendaki ini mendaki Gunung Arjuno melalui jalur Welirang. Yaitu melewati kawasan Tretes, Pandaan. Selanjutnya, saat menginap di Pinus Sewu Unty salah satu pendaki mengalami kesurupan.

"Dia (Unty, red), juga mengalami hipertemia serta luka pada kaki kanan dan bagian jari kuku kakinya terkelupas. Itu langsung membuat semua rekannya panik hingga mengalami disorientasi medan," tutur Subagyo.

Untungnya, lanjut Bagyo, salah satu rekan korban yang membawa Handy Talkie (HT) dapat masuk ke jalur frekuensi Rapi (Radio Penduduk Indonsia) warga Lawang dan meneruskan ke pihaknya.

"Kita langsung berangkat bersama satgana dan berhasil menemukan mereka dengan kondisi selamat. Mereka di pos Gombes di bawah pos pinus sewu tempat sebelumnya mereka memberi kabar," tuturnya.

Petugas Satgana beranggotakan lima orang ini kemudian membawa delapan pendaki turun melalui jalur singkat melewati daerah Braksang hingga kawasan kebun teh Wonosari, Lawang.

"Saat sampai, mereka kami bawa ke puskesmas untuk pemeriksaan medis, dan menginapkan di kantor Kecamatan Lawang," tegas Subagyo.(bdh/bdh)


hmm... yah... begitulah kalo ke gunung arjuna (yang katanya tertinggi kedua setelah gunung semeru) gak hati-hati. Kalo mau naik gunung kaya gitu, harus siap semuanya, mental juga. Di arjuna itu ada beberapa tempat yang bisa dikatakan mistis. Ada beberapa larangan juga yang tidak boleh dilanggar.

Jadi teringat waktu STM, pendakian Arjuna-Welirang, dengan modal nekat (biasa anak muda), membawa 15 anggota baru untuk pembelajaran. Yah.. bisa dikatakan , kelompok kami paling banyak anggotanya. Dengan membawa modal logistik secukupnya (bisa dikatakan kurang) kami berangkat pendakian gunung arjuna-welirang. Misi pertama adalah mendaki sampai base awal bagi kami, yaitu tempat dimana disitulah persimpangan menuju Arjuna-Welirang.

Karena saya sebelumnya sudah pernah ke Welirang (tapi ke Arjunanya belum), maka saya tidak asing lagi dengan medan tersebut yang berpasir dan sangat berdebu. Keadaan menjadi aneh ketika hari menjelang malam, banyak asap dan malam sangat terang berwarna merah. Sekitar jam 9-an malam, kami sampai di base (apa gitu namanya, lupa) jauh dibawah sebelum persimpangan. Di situ kami mendirikan tenda dan beristirahat. Kami mendengar dari pengawas hutan (kayaknya sih...) bahwa hutan di atas kami sedang terjadi kebakaran hebat. Memang sih terlihat nyala merah sangat terang. Kemudian kami tidak diperbolehkan untuk mendaki kembali, dan secepatnya disuruh kembali. Kami yang sudah capek-capek (capek dana juga..) merasa sangat sayang sekali kalau sampai tidak dapat hasil apa-apa, memutuskan untuk mendaki malam itu juga menembus kebakaran hutan. Diam-diam kami menyiapkan perjalanan, tidak lupa bekal air. Tanpa diketahui pengawas, kami langsung kabur dari base tersebut untuk meneruskan pendakian.

Ternyata yang dikatakan pengawas tersebut benar, 100% benar. Kami harus melewati pemandangan yang mengerikan, bagaimana hutan dan rumput terbakar begitu hebat. Sampai-sampai ada 1 pohon yang terbakar semua dan terlihat seperti pohon berwarna merah, lalu pada ujungnya tiba-tiba seperti mengeluarkan kembang api. Kaget bercampur ngeri campur panas. Kami terus berlari agar tidak terjebak di hutan itu, segala api yang berada di jalan kami siram dengan air agar tidak menghalangi jalan, walaupun tidak dapat memadamkan minimal dapat memberi jalan.

Setelah beberapa jam berlari, kami akhirnya berada di jalan yang hutannya tidak terbakar. Setelah beristirahat beberapa menit, kami memutuskan untuk secepatnya ke base selanjutnya. Karena melihat kondisi api di bawah kami yang terus ke atas dan di atas hutannya juga terbakar. Kami khawatir jika tidak cepat-cepat, akan terjebak di tempat yang terbakar, karena api di bawah yang terus ke atas dan api di atas yang terus ke bawah.

Lalu, kamipun berlari kembali melewati hutan yang terbakar sangat hebat di atas. Setelah beberapa jam, akhirnya kami sampai di base selanjutnya. Ternyata di base tersebut sampai di atas tidak terlihat titik api. Titik api hanya terlihat di bawah kami. Huh.. pagi itu pun kami tidur tanpa tenda, karena sangat capai dan udah g kuat lagi. tenda memang dikeluarkan, tetapi bukan untuk dipasang, melainkan untuk dijadikan selimut ^^.

Terus apa hubungannya dengan berita di atas??

saya lanjutkan saja ceritanya, singatnya, kami sudah tiba di persimpangan dan mendirikan tenda, sebagian mengambil rumah-rumahan yang ada untuk ditempati. Sebagian anak yang belum pernah ke Welirang melanjutkan perjalanan ke Welirang, setelah perjalanan tersebut usai dan beristirahat sebentar, kami pun bersiap untuk menaklukkan Arjuna.

Intinya, ketika perjalan ke arjuna tersebut, kami mendapat keanehan, yaitu ada 1 burung seperti... (apa ya... pokoknya seperti burung) yang mengikuti kami dari persimpangan sampai ke puncak. Nggak terbang lagi burungnya, tapi loncat!!! Yang membuat kami deg-deg-an, sore hari, di tengah perjalanan, teman kami ada yang kakinya kesakitan, kami pun was-was karena medan yang sangat sulit. Jalan hanya selebar 30 - 50 cm dengan derajat kemiringan sekitar 60 derajat, kiri-kanan jurang, dan kami membawa 2 tas yang sangat berat.

Kami pun memtuskan untuk mengatur ulang pembagian tanggung jawab anggota. Setelah keputusan yang sulit, kami harus mencari tempat untuk beristirahat. Setelah mengira-ngira, ternyata kami telah terjebak di sekitar daerah yang bernama "Pasar Setan". Konon di tempat ini banyak kejadian yang membuat seram. Tapi bagaimana lagi, tidak ada tempat agak lapang untuk beristirahat, kecuali di bawah batu besar itu.

Kami pun harus bergantian setiap beberapa jam agar tidak terjadi apa-apa. Padahal di tempat itu, sudah seram, gelap, anginnya kencang banget, dingin, api dinyalakan pasti mati, terus selalu ada suara berderak (pohon pinus diterpa angin kuat). Huh.. tetapi akhirnya bisa juga melewatkan malam. Ada beberapa cerita seram yang dialami anggota, yah.. tetapi kami tetap calm down aja, jangan membuat panik. Karena sebenarnya anggota baru tidak tahu apa-apa tentang tempat itu. (Karena beberapa hal, cerita seramnya gak diposting, sumimasen^^)

Akhirnya kami sampai di puncak juga. Saking senengnya, kami buat kopi di puncak, sambil merokok, rasanya... sedaaap... (sempet2nya bawa kopi sama peralatan memasak ^^). Tau nggak, puncaknya itu kecil banget.. cuma sekitar 1 meter-an luasnya. Sampingnya jurang semua.. Juga ada semacam prasasti, kalo itu adalah puncak Arjuna.

2 komentar:

look at "a World" mengatakan...

mas...bisa minta potonya pasar setan gak???
Sampek sekarang aku masih bingung posisi pasar setan tuh dimana???Cuma penasaran aja sih, biar bisa ngira2 medannya???
Maksudnya batu besar???apa batu besar tunggal (satu) ya g letaknya masih di lereng bawah???yang jauh sebelum pasar dieng and prasasti pendaki???
Waktu aku naek kmaren, ketemu juga
pendaki yang kurang persiapan juga. ending2nya di kebun teh wonosari, mereka colaps....
matur nuwun b4
gomenasai:p

ps : emang terjadi apa aja di pasar setan???aku naek arjuna alhamdulilah lancar2 aja

Manbaul Rizqi mengatakan...

Wah sori setelah beberapa tahun baru balas =))

Batu besar itu pokoknya ada 1 jalan kemiringan sekitar 30-45 derajat sebelah kiri jalan. 2 meter sebelah kiri batu jurang. Batu besar lebarnya kalo g salah ingat 2,5 m dan bisa dibuat berteduh dibawahnya walaupun cuma kepala doang =))